Selasa, 18 September 2007

Kita Menjadi Apa Yang Kita Pikirkan

We become what we think about. Kamu pernah mendengar kata-kata ini? Tadinya aku tidak terlalu percaya dengan kata ini. Aku pikir kata-kata itu cuma buat orang gedean. Karena mereka bisa berpikir dan bertindak apa saja. Beda halnya dengan orang kecil-kecilan.

Ternyata hukum ini tidak dikhususkan untuk segelintir orang saja. Hukum ini adalah hukum yang universal. Bagaimana ceritanya sih, sampai aku mempercayai kata-kata ini. Begini ceritanya...

Aku menemukan sebuah artikel yang menarik mengenai hal ini. Artikel ini, memberikan penjelasan yang sangat mudah untuk di mengerti oleh orang-orang selevelku. Tidak berbelit-belit dengan segala macam hal yang berbau ilmiah.

The Strangest secret menjelaskan dari mana konsep itu berasal. Dan menurut penulis dari artikel ini, sebenarnya konsep ini, bukanlah konsep yang sama sekali baru. Konsep ini sudah banyak ditulis dan dikembangkan oleh beberapa penulis ke dalam beberapa buku.

Diantaranya, Think and Grow Rich oleh Napoleon Hill, The Millionaire Course oleh Marc Allen, dan As a Man Thinketh oleh James Allen. Mendengar judul-judul dan nama-nama itu saja sudah membuat ku bingung.

Apa sih maksud dari konsep ini sebenarnya, dan yang paling penting lagi, bagaimana cara mengaplikasikan konsep ini. Tenang... penulis artikel tersebut memberikan contoh yang sangat mudah untuk diterima akal sehat.

Menurut konsep ini, pikiran kita mempunyai kendali atas apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan akan memberi efek (sebagian besar) pada hasil yang didapat. Contohnya, jika kita berpikir ingin pergi shopping, dan memutuskan untuk mengikuti pikiran tersebut, tubuh kita akan mengikuti, dan hasil yang akan kita dapat adalah pergi untuk shopping. Semua itu dimulai dari satu pemikiran ”shopping”.

Tapi, apa yang sering tidak disadari oleh orang adalah, sebenarnya kita mempunyai kekuatan, untuk secara sadar memilih apa yang ingin kita pikirkan. Dan bukannya membiarkan pikiran berjalan sendiri, secara acak memilih pikiran-pikiran yang sama berulang-ulang.

Kita bisa mulai menyediakan waktu untuk memikirkan hal yang berbeda. Dan jika kita sering melakukan itu, kita akan mengarahkan apa yang kita lakukan kearah yang berbeda, dengan tujuan untuk mendapat hasil yang berbeda pula.

Wah, memang ini yang aku inginkan. Aku ingin merubah jalan hidup, nasib, keburuntungan, gaya hidup, atau apalah yang bisa membuat aku senang, bahagia, aman dan damai. Dan, saat ini, aku masih merasa belum mendapatkannya. Hingga aku berpikir, adakah cara yang bisa aku lakukan untuk merubahnya?

Berarti, apa yang aku dapat selama ini, sebagian besar adalah hasil dari aksi yang aku lakukan. Dan, seperti kata konsep diatas, aksi yang kita lakukan adalah hasil dari pikiran. So, jika aku berpikir dengan cara yang berbeda, maka aksi yang akan aku ambil juga akan berbeda, dan semoga hasil yang didapat juga, juga akan berbeda.

”Pikiran seperti sebuah benih”, itu... kata sang penulis artikel. Jika kamu ingin hasil yang berbeda dalam hidup, kamu harus mencari benih pikiran mana yang mampu menumbuhkan hasil tersebut, dan benih pikiran mana yang tidak. Dan kita harus secara sadar mengisi otak dengan benih pikiran-pikiran yang benar, dan membuang benih pikiran-pikiran yang salah.

Penulis ini memberikan contoh... jika kita ingin memulai bisnis mu sendiri. Kita harus mengetahui pikiran-pikiran mana yang merupakan benih yang benar, dan pikiran-pikiran mana yang merupakan benih yang salah. Jika kamu memilih benih yang salah, maka kamu akan mendapatkan pikiran-pikiran seperti ini:

  • Memulai bisnis sendiri adalah hal yang terlalu beresiko, aku mempunyai keluarga yang harus aku nafkahi.
  • Ada kesempatan bagus yang akan aku hancurkan.
  • Aku belum mempunyai uang yang cukup.
  • Aku tidak mengatahui apa-apa tentang bagaimana cara untuk memulai bisnis sendiri.
  • Aku sudah mempunyai pekerjaan yang bagus dan aman. Mengapa aku ingin mengacaukannya?
  • Aku belum siap untuk memulai bisnis sendiri. Tahun depan mungkin?

Harap dicatat bahwa penulis artikel itu tidak bermaksud mengatakan bahwa pikiran-pikiran diatas secara objektif adalah salah... melainkan pikiran-pikiran itu adalah benih yang salah untuk mendapatkan hasil yang potensial dari usaha untuk memulai bisnis sendiri.

Dengan kata lain, (penulis ini melanjutkan) hasil yang akan kita dapat dari usaha kita untuk memulai bisnis sendiri tidak akan tumbuh di atas tanah pikiran-pikiran diatas. Pikiran-pikiran diatas adalah benih yang benar untuk tidak memulai bisnis sendiri.

Jadi kemungkinannya adalah, jika kita mempunyai, mempercayai, dan mempertahankan pikiran-pikiran yang mirip dengan pikiran-pikiran diatas, berarti saat ini kita adalah seorang pekerja atau pegawai. Tidak ada yang salah dengan menjadi seorang pegawai, jika itu memang yang kita inginkan, dan kita sudah merasa puas.

Dilain pihak, jika saat ini kita adalah seorang pekerja, dan ingin memulai bisnismu sendiri (seperti aku), tapi pikiran-pikiran yang dominan adalah pikiran yang mirip dengan pikiran-pikiran diatas, berarti kita mempunyai masalah yang besar. Mental awal seperti diatas tidak bisa digunakan untuk mengembangkan sebuah bisnis.

Jika kita mempertahankan pikiran diatas, kita tidak akan pernah berhasil memulai dan menjalankan bisnis sendiri. Seperti saat kita menanam tomat, maka tidak mungkin akan menghasilkan melon.

Iya...ya. Masuk akal juga apa yang dikatakan oleh penulis artikel tersebut. Tidak mungkin nangka berdaun sirih. Terus terang, aku mempunyai, mempertahankan, dan yang lebih parah lagi mempercayai semua pikiran-pikiran seperti contoh diatas. Padahal aku ingin memulai bisnis sendiri.

Lalu, pikiran-pikiran seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh orang yang ingin memulai bisnisnya sendiri, seperti contoh kasus ku ini. Benih yang bagaimana yang benar untuk ditanam agar bisa tumbuh subur dan mendapatkan panen seperti yang diharapkan.

Artikel tersebut memberikan beberapa contoh, benih yang benar untuk mereka yang ingin memulai bisnis sendiri. Misalnya:

  • Tentu, memulai bisnis sendiri itu beresiko, tapi aku percaya pada diriku sendiri, dan kapanpun ada masalah yang menyulitkan, aku akan berusaha untuk mengatasinya.
  • Aku lebih memilih untuk bekerja keras membangun bisnis ku sendiri, daripada membangun bisnis orang lain. Aku akan membangun sebuah bisnis apapun hasilnya, itu mungkin jauh lebih baik, karena hasil tersebut akan sepenuhnya menjadi milikku sendiri.
  • Kebebasan menjadi bos untuk diriku sendiri, sangat membuatku tertarik. Membayangkan bisa memutuskan sendiri bagaimana aku akan menghabiskan waktu setiap menit, setiap hari.
  • Aku hanya bisa mendapatkan income yang terbatas jika aku menjadi seorang pekerja. Jika aku ingin menjadi kaya, aku harus memulai bisnis sendiri.

OK, sekarang aku sudah mempunyai beberapa contoh benih yang bagus. Tapi apakah ini menjamin bahwa bisnis ku akan sukses? Ternyata tidak. Sekalipun pikiran-pikiran diatas adalah benih yang bagus bagi yang ingin memulai bisnis sendiri, itu tidaklah menjamin bahwa bisnis yang akan dijalankan akan sukses.

Seperti tanaman yang butuh air dan sinar matahari, sebuah bisnis membutuhkan kerja keras. Dan pikiran yang benar ibarat sebuah benih, masih harus dipupuk, disiram, dijaga, dirawat dan dikembangkan.

Sepertinya penulis ini memberikan contoh orang yang ingin memulai bisnisnya sendiri. Tapi, sebenarnya, konsep ini bisa diterapkan pada siapa saja, dan menyangkut tujuan apa saja.

Inti yang ingin disampaikan oleh penulis melalui artikel tersebut yaitu, dia ingin mengatakan jika kita ingin mendapatkan hasil yang berbeda dalam hidup, sesuatu yang berbeda dari pengalaman selama ini, maka langkah pertamanya adalah dengan cara melihat pikiran yang paling dominan.

Dan melihat apakah pikiran tersebut adalah benih yang bagus untuk mengarahkan kita pada hasil yang diinginkan. Jika kita tidak mengalami kemajuan dalam proses yang kita lakukan, berarti 95% kemungkinannya adalah kita mempunyai benih pikiran yang salah, dan perlu diganti dengan yang baru.

Sebagai contoh, kita tidak akan pernah bisa berhenti merokok, jika kita berpikir bahwa berhenti merokok itu sulit. Kita tidak akan pernah memulai bisnis online sendiri, jika berpikir kita tidak akan mampu memulainya.

Konsep kunci yang penting untuk dipahami disini yaitu, mengganti pikiran adalah sebuah aktivitas yang harus dilakukan secara sadar dan terus menerus. Kamu tidak bisa melakukan hanya dengan berkata, ”OK, aku akan memikirkan tentang memulai bisnis sendiri, sepertinya itu ide yang bagus. Next...” Kamu harus lebih proactive dari sekedar itu.

Kamu harus menyediakan satu jam atau lebih untuk menyendiri, duduk dengan kertas dan pena, mencari pikiran-pikiran yang benar yang kamu butuhkan, untuk dimasukkan kedalam pikiran, dan kemudian secara sadar memasukkannya, lakukan ini secara terus menerus, sampai pikiran tersebut menjadi pikiran yang dominan dan mengganti pikiran mu yang lama. Dan jika kamu ingin mendapatkan perubahan yang besar, kamu harus melakukan ini setiap hari.

Kamu mungkin akan merasakan bahwa latihan ini sangat sulit pada saat-saat awal. Saat kamu mulai memikirkan pikiran-pikiran baru, reaksi umum yang akan terjadi adalah kamu akan berhadapan dengan keraguan tentang pikiran-pikiran itu.

Jadi, saat kamu mulai berpikir untuk memulai bisnis sendiri, maka gambaran yang akan kamu dapat mungkin tidaklah menarik. Saat kamu menemukan dirimu mulai berpikir untuk berhenti dari pekerjaan mu dan memulai bisnis mu sendiri, maka reaksi negatif yang akan kamu dapat dari rekan kerja. Politik perkantoran yang tidak menyenangkan, yang harus kamu hadapi setiap hari, dan mendadak kamu tersadar bahwa kamu kembali memikirkan pikiran yang salah. Itu adalah hal yang normal.

Tapi, gunakan imajinasi mu untuk membuang jauh keraguan dan tetap melanjutkannya. Bayangkan bahwa realitas yang baru begitu indah, bahkan sekalipun kamu tidak tahu bagaimana itu bisa dimungkinkan dalam dunia nyata. Itu akan menjadi sedikit sentimentil pada saat awal, tapi itu akan menjadi semakin mudah seiring waktu.

Setelah 2-3 minggu melakukan ini, kamu akan mulai percaya pada pikiran-pikiran baru ini. Dan itu adalah saat dimana kamu merasa ingin cepat mengambil aksi.

Tapi pada saat-saat awal, kamu masih akan merasa ragu. Itu biasa, yang terpenting adalah mencapai titik dimana kamu mulai percaya dengan pemikiran baru mu tersebut.

Jadi bersabarlah dengan dirimu, biarkan imajinasi yang menuntunmu. Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstain, “Imagination is more important than knowledge.” Artine.. men sano en kompore ngledup.

Hm… aku mulai mendapatkan titik terang mengenai mengapa selama ini aku selalu maju mundur. Dan itu sangat menyita waktu ku. Waktu yang seharusnya bisa aku manfaatkan untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan bisnis yang ingin aku rintis.

Tidak ada komentar:

Google